Thursday, December 22

Kisah Teladan Para Sahabat Nabi



Saat perang Badar, ada Ukasyah bin Mihsan, seorang penunggang kuda terbaik, yang bertempur hingga pedangnya patah, lalu Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam memberinya sebatang kayu yang -- dalam sebuah riwayat--menjadi pedang tajam yang kemudian dia beri julukan al-'aun yang berarti pertolongan.

Pedang yang dia gunakan dalam berbagai pertempuran hingga ajal menjemputnya saat memerangi Musailamah sang pendusta. Dalam riwayat lain, Ukasyah inilah yang dido'akan Baginda Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam agar masuk surga tanpa hisab, dan bahkan berhasil menciumi tubuh manusia mulia dengan caranya yang cerdik, beberapa bulan sebelum insan kamil tersebut wafat.

Kemudian saat perang Uhud, pedang Abdullah bin Jahsy patah, lalu Kanjeng Rasulallah Shallalllahu Alaihi Wassalam memberinya pelepah kurma yang bengkok ('arjun nakhlah). Ketika ia menggenggam-nya, pelepah itu berubah menjadi pedang yang dia beri nama al-'arjun.

Selain itu, ada Hanzalah bin al-Rahib yang jenazahnya dimandikan oleh malaikat; ada Ashim bin Tsabit bin Abu Aqlah yang tubuhnya dilindungi kerumunan lebah saat kaum musyrikin mau memutilasinya; ada Khuzaimah bin Tsabit yang dijuluki Rasullah Shallallahu Alahi Wassalam sebagai dzu as-syahadatain--pemilik dua kesaksian, karena kejujurannya; ada Sa'ad bin Muadz yang kewafatannya menggetarkan Arasy dan tujuh puluh ribu malaikat turun ke bumi menyaksikan jenazah sesepuh kaum Anshar ini; ada Dihyah bin khulaifah al-kalabi yang rupawan sehingga jibril beberapa kali menemui Rasulillah Shallallahu Alaihi Wassalam dalm rupa dirinya; ada Haritsah bin Nu'man yang menjadi pelantum ayat al-Qur'an di surga; ada al-Hubbab bin Mundzir, pakar strategi perang yang dipuji Rasulillah Shallallahu Alaihi Wassalam karena taktik tempurnya yang brilian di palagan Badar; Muaz bin Jabal, pemimpin para ulama di hari kiamat; Sawad bin Ghaziyah yang dengan alasan qishash bisa memeluk tubub Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam sekaligus mencium perut mulia Baginda Rasulallah Shallallahu Alihi Wassalam menjelang perang Badar.

Ada juga Khubaib bin Adi yang sebelum dibunuh Ugbah bin Al-Harits, seorang elit Quraisy, melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu, kemudian setelah dieksekusi jenazahnya hilang ditelan bumi (bali' al-ardl); Bilal bin Rabah yang suara terompahnya terdengar di Surga; Abdurrahman bin auf, saudagar jujur di mana Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam pernah bermakmum kepadanya; Ja'far bin Abi Thalib yang berjuluk at-thayyar karena Alloh Subhaanahu Wata'ala mengganti kedua tangannya yang buntung di palagan Mu'tah dengan sepasang sayaf di surga; Abdullah bin Zaid bin Tsalabah yang memimpikan kalimat-kalimat yang diserukan dalam adzan; Abi Dzar yang asketismenya mengantarkan dirinya menjadi orang yang berjalan seorang diri, mati seorang diri (kelak) akan bangkit seorang diri, sebagaimana oleh Kanjeng Rasulallah Shallallahu Alihi Wassalam pada saat eksebisi Tabuk; Abu Hurairah sang penimba ilmu Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam; Zaid bin Sahal (Abu Thalhah) yang meminang Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya; Anas bin Malik, abdi ndalem Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam dan atas do'a beliau dikaruniakan harta melimpah, usia panjang dan keturunan banyak.

Hamzah singa Allah; Khalid, pedang Allah; Hassan dan Husein, dua penghulu pemuda surga yang di masa kecilnya menunggangi punggung manusia yang telah mencapai sidratul muntaha; Hasan bin Tsabit, Kaab bin Malik, Kaab bin Zuhair bin Abi Sulma, dan Labid bin Rabiah al-Amiri, kuartet penyair andalan Baginda Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam; Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar sahabat, mertua sekaligus pengganti beliau; sayyidina Usman dan Sayyidina Ali, sahabat, menantu sekaligus pengganti beliau; Abdullah bin Umar, peniru sempurna perilaku Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam; Abdullah bin Ja'far, keponakan yang geturnya mirip Rasulallah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Semoga Allah Subhaanahu Wata'ala merahmati beliau-beliau semuanya dan kelak di akhirat kita dikumpulkan bersama generasi terbaik ini. Aamiin. Alfaatihah.

Penulis: Gus Rijal Mumaziq Z


0 komentar

Post a Comment