Saturday, March 25

Fundamentalisme, Wihdatul Wujud, dan Ahangkara


Fundamentalisme, Wihdatul Wujud, dan Ahangkara

"Ahangkara adalah novel luar biasa yang menceritakan timbul tenggelamnya kekuasaan di Jawa. Ceritanya begitu mengagumkan, penuh intrik, dendam strategi, kedisiplinan, mikitansi, sikap kesatria, percintaan juga pengorbanan.

Disamping itu, novel ini juga memberikan gambaran kepada kita bahwa perbedaan pemahaman keagamaan sudah terjadi sejak dahulu kala antara kelompok yang tekstual dan kontekstual dalam memahami kitab suci.

Militansi kelompok tekstual seperti Iksa, murid ki Gede Basir, yang memahami agama secara kaku dan melibas semua hal yang dianggap bid'ah dan khurafat digambarkan secara detail disini.

Sementara, kelompok kontekstual, seperti,tokoh legendaris Sunan Kalijaga dan Sunan kudus, diceritakan begitu luwes dalam memahami agama Islam. Mereka berdua tidak menolak unsur-unsur budaya Jawa dan bahkan memanfaatkannya tanpa harus merusak akidah.

"Muncul pula wedaran aliran Wihdatul Wujud yang diperankan murid-murid Ki Ageng Pengging, yang merupakan murid langsung tokoh kontroversial Syekh Siti Jenar. Wedatannya begitu gamblang. Oleh karenanya, dengan pemahanan yang demikian saya yakin seandainya penulis ini hidup pada zaman wali sanga, ia akan menjadi pembel Syekh Siti Jenar di hadapan persidangan para wali."

Sugeng Riyadi (pembaca AHANGKARA, pengacara di Purwokerto)

Ahangkara adalah sebuah novel sejarah yang membabar peristiwa sirnanya kerajaan Majapahit dari Bumi Nusantara dan perang Intelijen dalam peristiwa-peristiwa besar terkait peralihan kekuasaan dan agama di tanah Jawa pada abad 16 Masehi.

Novel ini bisa dipesan secara langsung dengan tanda tangan penulis.

Cara Pemesanan: Tulis Nama dan alamat sms ke: +628112043781
Penulis: Makinuddin Samin
Jumlah Halaman: 500 Halaman.

By: Makinudin Samin


0 komentar

Post a Comment