Friday, June 3

Ulama Lahir Kembali di Langkat

Oleh: prof Dr.H.Ramli Abdul Wahid, MA

Sepintas, judul ini bisa dipahami dengan pengertian reinkarnasi, yaitu menjelmanya ruh Ulama yang sudah meninggal pada masa lalu, kemudian muncul kembali kedunia pada jasad manusia yang baru.


Tetapi yang dimaksudkan dahulu banyak Ulama dilangkat, terdapat sederetan panjang Ulama yang pernah hidup dilangkat antara lain Syekh Abdullah Afifuddin, Syekh Abdurrahim Abdullah, Ustadz H. Ahmad Ridhwan, Ustadz Baharuddin Ali, Ustadz Thaharuddin Ali, Ustadz Amaruddin Ali, Syekh Abdul Halim Hasan dan Syekh Abdul Halim Haitami.

Di depan Meajid Azizi dahulu disebut kampung Mujtahid. Ini berarti di sana bermukim banyak Ulama. Tsanawiah Langkat terkenal karena alumninya banyak yang menjadi Ulama terbesar di berbagai daerah di Sumatera Utara.

Keterangan ini menggambarkan betapa banyak dan semaraknya Ulama di Langkat. Kemudian Ulama tersebut dipanggil Allah satu persatu tanpa pengganti sehingga beberapa dekade belakangan Langkat kehilangan Ulama.

Keadaan ini diakui Ulama Langkat sendiri. Memang, kelangkaan Ulama ini terjadi di Indonesia daerah di Sumut, dan bahkan di Indonesia secara umum.

Orang yang melaksanakan pesta pernikahan di tanah Langkat Ahad, 7 Februari 2016 kemarin adalah Syeh H. Muhammad Husni Ginting al-Langkati -- Selanjutnya penulis sebut dengan al-Langkati -- yang ternyata menurut hemat penulis adalah Ulama.

Penulis yang pada pesta itu bertindak sebagai pemberi tausiah sebelum ceramah diberi hadiah sebuah buku berjudul, "Ghayah ar-Rusukh fi Mu'jam asy-Syuyukh" karya pengantin sendiri.

Buku ini terdiri 420 halaman dengan enam pengantar dari para professor dan Ulama di mesir.

Buku ini berupa paparan terperinci yentang biografi para guru yang dari mereka Syekh Muhammad Husni Ginting al-Langkati menerima ilmu dari sejak belajar di madrasah Musthafawiyah purba, Mandailingnatal sampai waktu belajar di Timur Tengah.

Buku ini menjelaskan 165 orang gurunya secara detail mengenai nama lengkapnya masa hidupnya,pendidikannya,guru-gurunya,karya-karyanya,cara penerimaanSyekh al-Langkati darinya mengenal ilmu yang diajarkannya secara bersambung melalui perantara guru-guru yang menjadi sanad sampai kepada Rasu SAW.

Dari 165 guru yang diuraikan 16 orang gurunya di madrasah Musthafawiyah purba, yaitu H.Mahmuddin Pasaribu, H.Ubrahim Zan nun Lubis. H.Abdul Malik Ali Nuh, Syekh Muhammad Tutup Afandi, Syekh H.Muhammad Asy-Ayafii bin Hanbal Dauly, Syekh Sirajuddin, Syehk Mukmi. Al Ruhum, Syehk H.Hasan Basri Basri, Ustadz Ahmad Khatib, Syekh Hasn Thalib, Ustadz Amir Hamzah, Syekh Arda Bili, Syekh Sabirin dan Syekh Mukhtar, Syekh Muhammad Nuruddin Merbau al-Banjari yang sekarang mengasuh pesantren di bogor termasuk guru Syekh al-Langkati.

Penjelasan biografi secara terperinci, dimulainya dari gurunya, Syekh Ibrahim Zan Nun bin Muhammad bin Sultan Lubis, yaitu gurunya di madrasah Musthafawiyah di Purba Baru.

Ia menjelaskan pendidikannya, guru-gurunya di Purba Baru dan di Majah. Kemudian guru ini kembali ke Purba Baru dan berkiprah di sana sebagai guru dan Ulama.

Syekh al-Langkati menerima hadist dari Syekh Ibrahim secara sanad bersambung sampai kepada al-Bukhari sampai kepada Nabi Sayyidina Muhammad SAW.

Demikianlah satu persatu ia menjelaskan biografi guru-gurunya sampai guru ke-165 yang kebetulan perempuan bernama al-Malikah Fatimah as-Sanusi, generasi ke-4 dari pendiri tarekat Aanusiyah, Muhammad bin Ali, Syekh al-Langkati berguru kepadanya secara langsung dan secara sambung sanad demi sanad sampai kepada Rasul SAW.

Dalam buku ini juga Syekh al-Langkati menyebutkan 317 orang belajar kepadanya khususnya di bidang hadist dari dari Malaysia, Indonesia, Singapura, pakistan dan Mesir.

Ini baru sebagian dari murid-muridnya. Lebih kurang 50 orang dari murid-muridnya yang tua dan muda datang dari Malaysia sebagai penghormatan mereka kepada gurunya. Hadir juga para alim Ulama.

Semua ini menjadi tanda kelebihan yang dimiliki Syekh al-Langkati. Syekh al-Langkati telah menulis Lebih 10 judul buku yang semuanya dalam bahasa Arab Fushhah (Resmi) maupun Arab 'Amiyyah (Pasar)

Di antara judul, al-Musalsalat, Ithaf al-Akabir bi Asanif asy-Syaikh Abdul Qodir, Asanid al-Kutub al-Asyarah, Faish ar-Rabbani fi Man Rawa'an asy-Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani dan sepuluh buku kumpulan empat puluh Hadist yang dikenal dalam bahasa Arab dengan sebutan al-Arba'in seperti al-Arba'in an-Nawawiyah. Di antara kumpulan empat puluh hadist, termasuk al-Arba'in al-Musthafawiyah dan al-Arba'in al-Azhariyah.

Walaupun sebagian besar buku yang dutulis Syekh al-Langkati ini mengenai Hadist dan snad-sanadnya, namun bukan berarti bahwa bidang ini saja yang dikuasainya. Ini mungkin gambaran spesialisasinya.

Akan tetapi - sebagaimana ulama-ulama lainnya - ia juga menguasai fikih, tauhid, uaul fikih, tafsir, tasawuf, tarekat, faraidh, dan tarikh, sebagaimana yang tergambar pada bidang kitab-kitab yang di pelajarinya dari guru-gurunya.

Diduga, keluasan dan kedalaman ilmu Syekh al-Langkati merupakan faktor yang menyebabkan para Ulama dan profesor di Timur Tengah akrab dan cinta kepadanya.

Karena itu, bukunya Ghayah ar-Rusukh diberi pengantar oleh enam guru besar dan Ulama mesir, yaitu Prof Dr Muhammad Mahmud Hasyim (Dekan fak. Usuluddin dan Dakwah di Zaqaziq), Prof Dr Sa'ad Sa'ad Jawisy (Anggota Lembaga Ilmiah tetap dalam peningkatan Dosen Universitas Al-Azhar, kairo), Prof Dr Rif'at Fauzi Abd al-Muththalob (Dosen Syariah dan hadist Fak. Dar al-Ulum Universitas, kairo), Prof Dr Musthafa Abu Sulaiman an-Nadawi (Ulama Hadist di al-Manshur), Dr Usamah as-Sayyid Mahmud al-Azhari (Dosen Hadist Fak. Ushuluddin dan Dakwah Zaqaziq), dan Ulama Hadist, 'Isham Anas az-Zaftawi (Sekertaris Fatwa dan Direktur Kantor Fatwa Elektrolik). Keenam Ulama tersebut ini adalah nama-nama yang tidak asing lagi di kalangan Ulama dunia.

Memang Syekh al-Langkati dekat dengan Ulama Timur Tengah. Semua memberikan apresiasi yang tinggi kepadanya dan secara khusus peranan yang dilakukan di bidang historiografi.

Menurut Prof Dr wae Hallaq, Dosen Usul Fikih di McGill University, kanada, Usul fikih dan historiografi merupakan dua ilmu yang hanya dimiliki Islam. Historiografi mengalami kemandegan dalam waktu relatif panjang.

Sementara Syekh al-Langkati menghidupkan kembali ilmu ini. Kontribusi ini sungguh signifikan. Hemat penulis, untuk menjadi Ulama dan pemikir besar itu diperlukan tiga syarat, yaitu pendidikan yang menunjang, ketekunan dan IQ yang tinggi.

Penulis melihat bahwa ketiga syarat ini ada pada diri Syekh al-Langkati. Karena itu, Ulama telah lahir kembali di bumi langkat.

Tentang Syekh Muhammad Husni Ginting al-Langkati KLIK DISINI

Sumber: محمد احسان

0 komentar

Post a Comment