Monday, July 11

SEJARAH KOMITE HIJAZ Latar belakang berdirinya NU - Nahdlatul Ulama

A. Komite Hijaz.

Komite Hijaz adalah merupakan cikal bakal kelahiran NU, Komite ini dibentuk dan dimotori oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, atas restu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Dibentuknya Komite Hijaz adalah untuk mengirimkan delegasi Ulama Indonesia yang akan mengha-dap raja Ibnu Su'ud tahun 1925. MISI yang di emban diantaranya tentang kekhawatiran para ulama terhadap rencana raja yang akan melarang peribadatan menurut madzhab di tanah haram, dan lain sebagainya.

Semula utusan Para Ulama adalah KH. R. Asnawi kudus, namun karena Beliau ketinggalan kapal dan tidak jadi berangkat, keberatan itu disampaikan melalui telegram. Dikarenakan telegram Belum mendapatkan jawaban juga, akhirnya berangkatlah KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai utusan.

Secara resmi utusan itu adalah:
1. KH. Abdul Wahab Hasbullah (surabaya). 2. Syaikh Ghanaim al-misri (mesir) akhurnya di angkat sebagai mustasyar NU. 3. kH. Dahlan Abdul Qohar (pelajar Indonesia yang ada di Makah).

Namun yang berangkat dari Indonesia hanya KH. Abdul Wahab Hasbullah. MISI yang di emban Komite ini adalah menemui Raja Saudi (tanah Hijaz) Ibnu sa'ud, untuk menyam-paikan pesan Ulama pesantren di Indonesia, yang meminta agar raja tetap memberikan kebebasan berlakunya hukum-hukum ibadah dalam MADZHAB EMPAT di tanah haram.

B. Munculnya Komite Hijaz.

Diantara Munculnya Komite Hijaz adalah jatuhnya Kholifah di Turki pasca pasca Perabg Dunia I, dan masuknya Ibnu Sa'ud yang ber-aliran Wahabi dengan menguasai Makkah yang menjadi sentral ibadah Umat Islam. Ketika itu Saudi berkeinginan menegakkan kembali khilafah yang jatuh itu dengan menggelar konfe-rensi umat Islam sedunia, dan dipusatkan di Makkah.

Utusan dari Indonesia yang diakui adalah:
HOS. Cokroaminoto dan KH. Mas Mansur, tetapi ikut pula berangkat HM. Suja' (Muhammadiyah), H. Abdullah Ahmad (Sumatera Barat) H. Abdul Karim Amrullah (Persatuan Guru Agama Islam).
Kemudian KH. Abdul Wahab Hasbullah di coret keanggotaannya dengan alasan tidak mewakili organisasi. Akhirnya Para Ulama pesantren membentuk tim tersebut dengan mengatas namakan Jam'iyah Nah-dlatul Ulama, meski secara resmi organisasinya belum didirikan.

Utusan Para Ulama pesantren dengan nama Komite Hijaz itu menunai hasil gemilang, raja menjamin kenebasan ber-amaliyah dalam madzhab 4 di Tanah Haram, dan tidak ada penggusuran makam Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.

Sepulang dari Makkah KH. Abdul Wahab Hasbullah bermaksud membubarkan komite itu karena tugasnya sudah selesai. Tapi keinginan itu dicegah oleh KH. Hasyim Asy'ari, komite tetap berjalan, namun dengan tugas yang baru, yaitu membentuk organisasi Nahdlatul Ulama, sebagaimana isyarat yang diberikan oleh Syaikhona Cholil yang dikirimkan melalui salah seorang santrinya, KH. As'ad Syamsul Arifin.

Sewaktu KH. Wahab Hasbullah akan mengumpulkan Para Ulama di surabaya, tampaknya intelejen Belanda sudah menycium tanda-tanda peristiwa besar akan terjadi di kota Surabaya. Karenanya mereka tidak memberikan izdin pertemuan. Tetapi para Ulama tidak kehabisan cara untuk bisa mengadakan pertemuan tersebut.

Dengan alasan acara "Tahlil" dalam rangka Haul Syaikhona Cholil Bangkalan, Para Ulama berkumpul di rumah KH. Ridwan Abdullah di jl. Bubutan VI Surabaya. Diluar rumah para undangan membaca tahlil, sedangkan di dalam rumah para kiyai menggelar pertemuan untuk mendirikan Jam'iyah NU. Selesai Tahlil itulah, tepatnya pada tanggal. 16-Rajab-1344 H / 31 Januari-1926 lahirlah Jam'iyah NU.

C. NU Membangun jiwa Nasionalisme

Selain motif Agama, Nahdlatul Ulama lahir karena dorongan untuk Negara Indonesia merdeka. Para ulama berusaha membangunkan semangat Nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan, yang Maksud dan tujuannya untuk melepaskan belenggu penjajah yang telah berhasil mencengkeram Tanah Air Indonesia Selama hampir tiga setengah abad.

Nahdlatul Wathon tempat / wadah Para pemuda NU dijadikan markas penggemblengan pemuda-pemudi. Mereka dididik untuk menjadi penuda yang berilmu dan cinta tanah Air, setiap akan dimulai kegiatan belajar, Para murid di haruskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan berbahasa Arab, yang telah digubah oleh KH. Wahab Hasbullah dalam bentuk sya'ir seperti berikut ini:

Ya ahlal Wathon ya ahlalwathaon
Hubul whaton minal Iman
Hubbul Wathon ya ahlal Wathon
Wa la takun ahlal hirman
Inna kamala bil a'mali
Wa laisa dzalika bil aqwaali
Fa'mal tanal ma fil amal
Wa la takun mahdhol qawal
Dunyakumu ma lil maqorr
Wa innama hiy lil mamarr
Fa'mal bimal maula amar
Wala takun baqorozzimar
Lam ta'lamuu man dawwaruu
Lam ta'qilu maa ghoyyaru
Aiyna intihau ma sayyaru
Kaifa intihau ma shoyyaru
Am humu fihi saaqokum
Ilal madzabihi dzabhakum
Am i'taqoukum uqbaakum
Am yudiymuu a'baakum
Ya ahlal uqul assalimah
Wa alaal qulubi al a'zimah
Kuunu bi himmah a'liyah
Wa la takun kassaimah.

D. Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Ketika Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk tanggal. 29-April-1945, KH. Ahmad Wahid Hasyim duduk sebagai salah seorang anggotanya. Begitu juga KH. Abdul Wahab Has-bullah, KH. Masykur, dan KH. Zainul Arifin.

KH. Ahmad Wahid Hasyim bergabung sebagai anggota panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia, ia tercatat sebagai salah seorang perumus dasar Negara dan turut serta sebagai penanda tangan Piagam Jakarta bersama delapan orang lainnya.

Di saat Belanda datang lagi dengan membonceng tentara Sekutu sambil mengultimatum agar pejuang Indonesia menyerah, NU mengeluarkan fatwa Jihad pada 22-Oktober-1945. Fatwa ini dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama itu mampu membakar semangat perjuangan kaum Muslimin. Mereka tidak gentar menghadapi kematian, karena perang tersebut dihukumi per-ang sabil (perang agama)

Sumber: my-dock.blogspot.co.id



0 komentar

Post a Comment