HANYA PRESIDEN GUS DUR
Gus Dur yang Presiden, orang nomor satu di negeri ini bisa bersikap rendah hati dan sabar saat dimarahi dan dibentak oleh seorang istri protokoler Istana. Kisah tersebut diceritakan Ning Inayah Wulandari, putri bungsu Gus Dur. Sambil tertawa Ning Inayah bercerita.
Kepala protokol istana bercerita;
"Bapak pernah telepon dia jam 04.00 WIB pagi"
"Kan Bapak memang sudah bangun jam segitu, jam 05.00 WIB bapak itu mulai terima tamu sambil jalan kaki dan bapak itu suka mendadak ingin ketemu siapa hari itu dan biasanya telepon protokol," kata Ning Inayah.
Saat itu memang Kepala Protokol baru pulang malam. Gus Dur lalu menelepon menggunakan nomor ajudannya pukul 04.00 WIB pagi. Kebetulan yang menganggat telepon istri Kepala Protokol. Jadi pas di layar HP muncul nama ajudan. Diangkat sama istrinya dengan nada tinggi
"SIAPA INI..!!"
"Abdurrahman," jawab Gus Dur datar.
"MAU NGAPAIN..!!" bentak istri protokol.
"Mau bicara sama Pak Wahyu, ada?"
jawab Gus Dur dengan logat Jawanya.
"NGGAK ADA..!!"
"PAK WAHYU TIDUR..!!"
"JAM SEGINI KOK TELPON..!!"
Jawabnya. Telpon pun ditutup. Lalu Gus Dur menelepon kembali.
"Siapa ini?" tanyanya.
"Abdurrahman," jawaban yang sama diucapkan Gus Dur.
"HEH..!!"
"JAM SEGINI WAKTU ORANG TIDUR..!!"
"KALAU ADA PERLU,BESOK PAGI..!!"
"GANGGU ORANG TIDUR AJA..!!"
lalu telepon ditutup lagi Suara istri protokol yang keras itu membuat suaminya terbangun. Suaminya lalu bertanya.
"Siapa Mah?"
"Nggak tahu tuh Abdurrahman," jawab si istri dengan nada kesal.
Lalu si suami melihat layar di HP, kaget bukan main saat dia tahu bahwa yang menelepon tadi ternyata Presiden.
"MAAHH....ITU PRESIDEN..!".
Istrinya tak kalah kaget dan langsung lemas.
"HAAHH... !!
Gimana Pak, saya ngomelin Presiden?"
Lalu setelah insiden itu, Ketua Protokoler Istana itu meminta maaf. Gus Dur tidak marah, dia hanya tertawa saja. "Bapak mah cuma ketawa-tawa aja. Nah maksudnya di telepon itu Bapak nggak marah balik bilang kalau dia Presiden atau apa kek, dia cuma bilang Abdurrahman. Dia santai saja," kata Ning Inayah.
Sumber: Gus Nasrudin
0 komentar
Post a Comment