Thursday, November 3

Gusdurian Dulu dan Sekarang


Oleh: Nu'man Afandi Al-Bandari

Masih jelas sekali di ingatan saya, dulu saya lupa tanggalnya, yang jelas beberapa pekan sebelum almarhum Gus Dur dilengserkan dari jabatanya sebagai presiden ada acara istighotsah kubro untuk keselamatan Gus Dur di Pekalongan. tepatnya berlokasi di lapangan gedung NU di Karangdowo kecamatan Kedungwuni. cukup dekat dengan pesantren tempat aku mondok. sebagai nahdliyyin pada waktu itu saya masih fanatik pada Gus Dur dan PKB, jadi ada semangat yang tinggi untuk wajib hadir di acara tersebut.



Rasa senangku kian bertambah ketika di acara itu bisa bertemu langsung dengan ketua umum PKB Pak Matori Abdul Jalil dan menyentuh tangan beliau meskipun beliau di kawal ketat oleh Banser. dari dulu sampai sekarang saya belum pernah bisa sedekat itu dengan seorang politikus elit level nasional. seorang ketua umum partai besar. Acaranya memang istighotsah. tapi setelah itu urusan politik tetap dibawa-bawa bahkan menjadi tujuan utama. diawali orasi politik dari pak Matori Abdul Jalil. beliau menegaskan bahwa PKB dan seluruh nahdliyin harus mendukung Gus Dur dari upaya pelengseran yang tidak sesuai konstitusi.

Belakangan setelah Gus Dur di lengserkan saya tahu pak Matori ini seorang pembohong. Dia justru ikut mendukung pelengseran Gus Dur di menit-menit akhir. bila mengingat orasi politiknya di acara istighotsah itu bagi saya ini jelas mengejutkan dan sulit saya percayai. sebagai apresiasi atas pengkhianatannya terhadap Gus Dur, Megawati pun memberi satu jatah kursi mentri yang empuk. Pak Matori Abdul Jalil telah lama meninggal. semoga Allah mengampuni semua kesalahannya.

Acara berikutnya makin panas ketika salah satu santri Kyai Besar yang sekarang sudah almarhum maju ke panggung dan berorasi. isinya membakar semangat orang-orang yang hadir untuk jihad fisabilillah menjadi pasukan berani mati membela Gus Dur dari ancaman pemakzulan. teriakan takbir pun membahana dengan kencangnya mirip ketika para laskar FPI dan ormas-ormas islam lainnya mengelar acara demo atau parade tauhid. situasi panas makin bertambah ketika sang santri itu membagi-bagikan formulir pendaftaran bagi yang ingin berjihad membela Gus Dur. sementara gema takbir belum mereda, dengan semangat orang-orang pun termasuk saya maju ke panggung berebut formulir itu. dalam waktu singkat formulir habis dan saya tidak kebagian.

Saya pun kecewa. Situasi pada saat itu sebetulnya lebih panas dan lebih mengkhawatirkan dari situasi saat ini menjelang aksi damai umat Islam 4 November. dari media cetak diberitakan para gusdurian di Jawa Timur menebangi pohon-pohon di jalan raya. sekolah Muhammadiyah dilempari batu sebagai pelampiasan. dorongan dan desakan agar keluar fatwa bughot bagi para politikus yang ingin melengserkan Gus dur juga semakin kuat. bahkan ada juga suara ancaman, Jawa Timur dan beberapa daerah akan memisahkan diri dari NKRI.

Sikap gusdurian antara dulu dan sekarang tentu sangat bertolak belakang. mereka seperti mengidap amnesia. lupa dengan masa lalunya. belum lama ini mereka mencibir acara sholat dhuhur berjamaah di masjid Istiqlal yang katanya berbau politik. jangan menjadikan Tuhan sebagai makelar. gusti Allah kok diajak berpolitik. mereka lupa acara istighotsah kubro baik di Jakarta maupun di berbagai daerah yang mereka lakukan dulu juga sangat politis sekali. dengan acara istighotsah mereka ingin sekali gusti Allah langsung 'turun tangan' menyelamatkan Gus Dur dari pelengseran. di era media sosial saat ini saya tahu para gusdurian paling pinter dalam hal berfilosofi dengan kata-kata magis yang menipu. mereka sok bijak juga sok paling tasawuf.

Para gusdurian yang sering menuding ormas FPI bertindak anarkis juga mungkin lupa. tindakan mereka dulu yang menebangi pohon-pohon di jalan raya sebetulnya jauh lebih anarkis dari pada sekedar mengencingi sebuah pohon yang dilakukan oleh seseorang yang diduga anggota FPI. bahkan foto yang diduga anggota FPI sedang kencing di balik pohon ini banyak mereka sebarkan di medsos dengan berbagai kata-kata ejekan. melempari sekolah Muhammadiah dengan batu juga bukan cerminan islam ramah yang banyak mereka gemborkan. tudingan islam marah kepada sekelompok umat islam jadi aneh. karena mereka sendiri justru pernah melakukan sendiri aksi islam marah bersumbu pendek. rohmatan lilalamin yang selalu mereka klaim pun sebenarnya hanya sekedar jargon omong kosong.

Takbir merupakan sebuah kalimat mulia dan agung milik seluruh umat Islam. sebagai muslimin para Gusdurian dulu menggunakan kalimat mulia itu demi membela seorang Gus Dur atas nama jihad. sekarang ini banyak Gusdurian yang cenderung mengabaikan adab-adab yang baik. kalimat takbir yang mulia dan agung itu mereka parodikan dengan kata-kata yang buruk. bahkan ada juga yang paling keji menurut standart kesopanan kita orang Indonesia. tidak perlu saya sebutkan, di medsos cukup banyak bertebaran.

Di medsos saya melihat para gusdurian banyak yang menjadi pendukung Ahok. namun sejujurnya ada juga gusdurian yang tidak mendukung Ahok. gusdurian yang tidak mendukung Ahok ini meskipun tidak begitu banyak paling tidak telah konsisten dengan ke-NU-annya. karena NU secara organisasi telah lama memfatwakan haramnya pemimpin non muslim/kafir. dan fatwa dalam muktamar NU di Lirboyo Kediri ini ini jelas tidak bermotif politik. Karena acara Muktamar NU pada waktu itu dilakukan setelah pemilu selesai. sekarang demi membela Ahok Gusdurian sering menuding umat Islam yang tidak mendukung Ahok dengan tuduhan mempolitisasi agama. padahal dulu dorongan dari gusdurian agar para kyai NU mengeluarkan fatwa bughot juga jelas bermotif politik. mereka ingin aksi jihadnya membela Gus Dur mendapat legitimasi dari agama melalui fatwa para ulama.

Saat ini dengan lebay Gusdurian paling vokal berteriak kencang NKRI HARGA MATI. padahal dulu ketika Gus Dur terancam lengser katanya Jawa Timur akan memisahkan diri dari Indonesia. bahkan Gus Dur sendiri menambahkan ada beberapa daerah yang juga akan memisahkan diri. NKRI HARGA MATI yang mereka suarakan dengan kencang saat ini tidak sesuai dengan fakta masa lalu sewaktu Gus Dur hendak dilengserkan. pada waktu itu justru Gusdurian memicu disintegrasi bangsa. kontras sekali dengan teriakan mereka saat ini NKRI HARGA MATI.

saya tidak mengatakan semua Gusdurian seperti itu. secara obyektif harus saya akui ada juga gusdurian yang jernih melihat persoalan. tidak terbawa arus persaingan politik yang saat ini suhunya kian meningkat. dalam kaitannya dengan demo 4 November mereka juga cukup adil.tidak mencibir dengan perkataan yang buruk. atau menuduh yang bukan-bukan. saya hargai betul gusdurian yang seperti ini. kalau bikin status di FB pasti saya beri hadiah jempol. sayangnya gusdurian yang seperti ini tidak sebanyak yang di atas.

اللهم انصر امة محمد، اللهم ارحم امة محمد، اللهم اصلح امة محمد


0 komentar

Post a Comment