Oleh: Usman Arrumy
Jika kauletakkan di mata, aku penangkal kelimun kantukmu
Meraba rabunmu agar manik dunia dapat kauintip melalui naluriku
Aku penimba luh yang mudah luluh jika sesaat saja kau merasa jauh
Jika kauletakkan di telinga, aku penyadap yang merekam surai
suaramu, menangkap burai bunyimu, menjaring jujur ujarmu
menyimak renik katamu. Kelak, gemanya menjadi muasal adaku
Jika kau letakkan di mulut, aku juru bicara yang suka menyebut
namamu, lisanku cakap mengucap apapun yang tak terungkap
selainku, pemuja yang tak jemu menyembah segala yang indah
Jika kau letakkan di tangan, aku pembela yang menguatkan lenganmu
Aku bertaut di sela jarimu demi menuntun pena menulis entah apa, mungkin sebait puisi yang akan kaunyatakan sebagai doa
Jika kau letakkan di kaki, aku peretas jalan yang meringkas lajurmu
Tungkaiku merangsang langkahmu demi mempercepat jelajahmu
Kutumpu tindakmu agar kunjung jejakmu mencapai ujung jalurku
Jika kauletakkan di batin, aku menghimpun diri jadi cermin
yang merangkum mukamu, tulus menerima adamu demi abdi darmaku
Aku serangkai sangkar yang mengurung kekal kepak kenanganmu
Jika kau letakkan di hati, aku hunian tempat menyimpan harapan
Kutampung perangai perasaanmu, kurawat seri semangatmu
Setelah usaha, berserahlah. Biar gairahku yang mengoyak kekasihmu
Aku Sang Rindu, mengada bukan semata karena jarak
Aku hidup di luar ruang yang tegas membatasi gerak
Kelak, aku pindah rumah jika kau menyatu dengan tanah
Usman Arrumy. November 2015, Kairo.
0 komentar
Post a Comment