Tuesday, February 7

Gus Dur Sang Penyelamat

Suatau ketika kita bertiga ngumpul; Kang Muamir Syam dan kang Maman Imanulhaq, dan kala itu kita ngopi dan nongkrong bareng di sebuah kafe di sudut Balai Kartini. "Sampai hari ini saya tetap tidak habis pikir tentang kenekatan Gus Dur mengorbankan dirinya. Dalam perjalanan menuju ke Gedung MPR untuk pelaksanaan Sidang Umum MPR. Gus Dur mengatakan bahwa Beliau hanya 2 tahun jadi Presiden," kata Kang Muamir.


Di koridor lobby Hotel Mulia Jakarta, saya berjalan menggandeng Beliau. "Aku ini jadi presiden cuma dua tahun." ucap Gus Dur yang ditirukan Kang Muamir. "Buat apa kalau cuma dua tahun sampeyan harus repot, Gus?," kata Kang Muamir.

"Sampeyan kan gak paham???. Ini semua saya lakukan agar Indonesia tidak perang saudara. Agar Indonesia tetap utuh, tidak terpecah-pecah. Coba sampeyan bayangkan kalau Mbak Mega yang jadi presiden. Saya jamin akan meledak perang saudara, persatuan NKRI akan terkoyak. Dan tentu banyak saudara kita yang akan jadi korban," kata Gus Dur dikala itu.

"Lah, nanti bagaimana kalau semu marah dan mencaci maki jenengan???."

"Hwalaaah.... sampeyan koq takut saya dicaci maki, dimarahi orang. Ya, biar saja. Nanti pelan-pelan akan kita jelaskan. Nanti, lama-lama kan mereka akan mengerti juga. Saya siap hancur untuk Indonesia," demikian kata Gus Dur.

Dan benar saja, Gus Dur cuma dua tahun menjadi Presiden. Beliau dilengserkan dengan cara tidak hormat. Hanya diduga "menerima" uang dari Brunai dan Bulog. Meski tidak ada bukti dan belum pernah dinyatakan bersalah melalui peradilan pidana, Gus Dur langsung diadili dijalanan dengan kejam. Dicaci maki dalam bentuk demo yang terus berjalan masif. Namanya di hujat, difitnah dan di jadikan bahan olok-olok.

Kala itu kami sedih, dan sesungguhnya ada rasa tidak terima dan ingin membalas para mulut-mulut kotor itu dengan tindakan yang lebih keras.

Namun ketika Gus Wahid yang memang temperamen datang mengadap Gus Dur. "Mas Dur, lama-lama panas juga melihat anak-anak kecil demo dan mencaci maki sampeyan," kata Gus Wahid.

Namun emosi dan keinginan Gus Wahid yang melihat saudaranya dihina dan di caci maki, dijawab dengan santai oleh Gus Dur; "Lapo, Dul awakmu melok gak waras. Yo, jarno ae. Ngkok nek pegel kan leren dewe. Nanti kalau bekalnya habis, mereka juga berhenti," ucap Gus Dur santai.

Banyak orang yang emosi melihat Gus Dur diperlakukan tidak dengan hormat. Namun Gus Dur selalu mencegah agar tidak perlu menanggapi, sebab Gus Dur sudah paham takdir yang akan dia terima.

Hanya Gus Dur yang tahu bahwa dia hanya dua tahun untuk memimpin Indonesia.

Hanya Gus Dur yang tahu, seperti apa cara turunnya dari tahta kekuasaan.


Dalam pandangan kita bertiga, memang cara Gus Dur menyelamatkan Indonesia itu terlalu berani dan tega membiarkan dirinya diinjak-injak siapa saja.

Tentu tidak semua orang sanggup berlakon seperti itu, termasuk kita bertiga. Trus siapa kala itu yang menginjak-injak nama baik dan harga diri Gus Dur?.

Kalau kita masih ingat, yang selalu mencaci maki, menistakan Gus Dur adalah Pasukan Daster Putih yang hari ini semakin jumawa dan kurang ajar. Sasaran mereka tetaplah pemimpin NU dan organisasi NU yang akan dilenyapkan.

Sebab kalau NU tetap berdiri, NKRI tetap akan tegak. Dan itu masalah dengan rencana besar mereka.

Memang Gus Dur layak mendapat tempat yang mulia, itu karena ke ikhlasannya. Soal ikhlas, Gus Dur belum ada yang menandingi di NU bahkan di Indonesia.

Atas jasa dan pengorbananmu, maka sepantasnya kita bacakan, lahul Al Fatihah....

(Baca juga: GUS SUR SEBAGAI KATA KUNCI)

Sumber: Ustadz Masyamsul Huda.


0 komentar

Post a Comment