Sunday, March 26

Adab Menafsirkan Al-Qur'an


Untuk menafsirkan Al-Qur'an ternyata tidak semudah yang kita duga. Untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dibutuhkan beberapa disiplin ilmu, diantaranya:

➡ Ilmu tentang Nasikh dan Mansukh.
➡ Ilmu tentang Asbabun Nuzul
➡ Ilmu tentang Siroh Nabawiyah
➡ Ilmu tentang Mustholah Hadits
➡ Ilmu tentang Ushul Fiqh.

Juga harus menguasai ilmu alat seperti

Nahwu
➡ Shorof
➡ Balaghoh
➡ Bayan
➡ Ma'any
➡ Badi'
➡ Tafsir
➡ dan Hadits


Alhasil untuk mengurai tafsir dari satu ayat Al-Qur'an tidak kurang dari 14 (empat belas) disiplin ilmu yang harus dikuasai...

Katanya syarat atau kehati-hatian tersebut didasarkan pada:

1. Termaktub dalam kitab Ta'riifaat halaman :55:

"Tafsir artinya atau memperlihatkan. Sedang arti istilahnya adalah menjelaskan makna ayat, kandungannya, alur ceritanya, sebab diturunkannya yang sangat mempengaruhi isinya."

2. Termaktub dalam kitab Itmaamul Dirooyah halaman :21:

"Haram menafsirkan (ayat Al-Qur'an) dengan logika sendiri. Hal ini berdasarkan pada hadits: "Siapa yang menerangkan Al-Qur'an dengan pendapat sendiri, atau dengan ketidaktahuannya, silahkan jadi penghuni neraka". (H.R: Abu Dawud, Tirmdzi, hadits ini dianggap hasan lewat berbagai jalur).

3. Termaktub dalam kitab Al-Jamii'us Shoghiir Juz II halaman: 177

"Siapa menerangkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri, meskipun benar itu tetap dianggap salah." (H.R: Tiga Imam, dari Jundub, ini termasuk hadits hasan).

Demikian sekilas paparan saya tentang adab menafsirkan Al-Qur'an. Semoga bermanfaat.

Oleh: Pak Ustadz Nashrul Mukmin


0 komentar

Post a Comment