Friday, October 14

Gus Dur Kau Adalah Puisi



Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti

Gus Dur, kau adalah puisi.

Meski telah punah ditelan pasung dan tanah, harum kedirianmu tetaplah merekah. Seperti daging yang lain, kau memang luruh dan mati, tapi semangatmu mewujudkan dunia yang lebih baik, terus menjadi wangi dan mengabadi.

Gus Dur, kau adalah puisi.

Ketika jantungmu masih berdetak, betapa pemikiran dan gerakmu banyak dirindu, tapi tak sedikit pula yang melempar kutuk. Kau diteriaki sinting, kau dihujani hina, kau dinilai mabuk, kau dinista sesat, kau dihujat bagai setan, tapi kau tetap tegak, tetap tegar, seolah tuli pada semua hardik.

Gus Dur, kau adalah puisi

Dirimu ditafsir banyak sudut. Agama, Politik, Kebudayaan, Sejarah, Filsafat, sampai Humor, semua ilmu itu disimpan di pundakmu. Entahlah, kau menyadari ini atau tidak. Yang pasti, kau memberikan dirimu apa adanya.

Gus Dur, kau adalah puisi.

Diammu sebenarnya ledakan, tenangmu sesungguhnya luapan, dan sunyimu sejatinya adalah letupan. Kau tak putus asa memanusiakan kami, juga enggan untuk berhenti mengajari, bahwa jalan cinta adalah yang sejati. Bukan marah, bukan murka, bukan caci, bukan pula benci.

Gus Dur, kau adalah puisi.

Kata-katamu seringkali tak mudah dimengerti. Tapi seperti Rumi kau tetap menari, seperti al-Hallaj kau tetap berdiri, seperti Ibn 'Arabi kau teguh mencari yang abadi, bahkan seperti Sayyidina Ali kau telah jatuhkan talak pada dunia ini. Dan ucapan "Gitu aja kok repot.!" adalah bukti.

Gus Dur
Dengan ketenangan hati dan kebulatan tekad, di muka bumi kau coba tancapkan nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Ada orang yang menggapmu Kyai, tak sedikit yang mengangkatmu sebagai Wali, bahkan beberapa orang menyebutmu orang suci. Tapi bagiku, kau adalah puisi.!

Bandung. 13.01.2015

0 komentar

Post a Comment