Monday, February 20

Presiden 200 Ribu


Apa ada yang pernah tahu, berapa isi kantong Gus Dur ketika menjelang wafat?. Adalah Yani, supir kesayangan Gus Dur yang khusus melayani ketika Gus Dur berkegiatan di Jawa Timur.

Yani, laki-laki asal Tambak Beras, Jombang oleh Gus Dur tidak sekedar sopir. Yani sudah dianggap sahabat yang dipercaya, bahkan mungkin saudara.

Seluruh kebutuhan hidupnya, hingga tempat tinggal dan sebuah mobil untuk dirental diberikan oleh Gus Dur kepadanya. Pada tanggal 31 Desember 2009, didepan rumah induk Tebu Ireng Yani menceritakan sepenggal kisahnya bersama Gus Dur menjelang Beliau dipanggil Sang Kuasa.

Ketika kondisi Gus Dur yang drop setelah minum kopi di Denanyar, Gus Dur dirujuk ke RSUD Jombang. Namun karena peralatannya tidak lengkap, maka dokter dan keluarga merujuk RS. Dr. Sutomo Surabaya sebagai rujukan sebelum kembali Ke Jakarta.

Mendengar rencana itu Gus Dur menolak, "lapo, koq kudu dirawat ndek rumah sakit. Wong aku sehat koq?". Seketika itu Yani menyahut, "nggeh dituru mawon, Gus. Supados sehat nek bangsul meleh teng Jakarta. (Supaya sehat kalo kembali lagi ke Jakarta)." Ucap Yani yang mencoba merayu Gus Dur.

Ketika itu Gus Dur terdiam dan tidak menjawab. Bu Shinta yang mengkhawatirkan kondisi Gus Dur yang terlihat kurang sehat memaksa harus ke Surabaya.

"Ayo, Yan budal"(ayo, Yan berangkat)," ucap Gus Dur kepada Yani. Rupanya maksud berangkat itu bukan ke Surabaya, melainkan mau makan soto langganannya di Mojokerto.

Ditengah perjalanan memasuki kota Mojokerto, tiba-tiba Gus Dur meminta Yani belok, " Yan, menggok nang warung soto biasane (Yan, belok ke warung soto langganan), " ucap Gus Dur kepada Yani yang membuyarakan keheningan didalam mobil. Bu Shinta tentu melarang, namun Gus Dur tetap kekeuh melanjutkan niatnya makan soto kesuakaannya.

Setelah makan soto, Gus Dur memang terlihat segara dan sangat sehat. Sehingga, Gus Dur menolak dibawa ke Surabaya. Gus Dur minta kembali ke Denanyar. Dan konon, karena makan soto dan dagingnya nyelip di gigi Gus Dur berakibat gigi dan Gusi Gus Dur abses. Dan setelah kembali menjalani cuci darah di RSCM gusi Gus Dur semakin mengalami pembengkakan parah.

Inilah dilemah buat para dokter kepresidenan yang merawat Gus Dur pusing. Sebab tidak mungkin dilakukan operasi tanpa upaya pengentalan darah, sementara tidak mungkin darah Gus Dur rawan kalau harus dikentalkan.

Dilema itu terjawab sejalan takdir Yang Maha Kuasa, bahwa Gus Dur harus kembali menghadap illahi. Gus Dur yang jenius, cerdik, humoris, pemberani tanpa kenal takut, pembuat sejarah dan perubahan politik Indonesia sore itu harus kembali.

Sepenggal kisah Yani yang bercerita sambil menunggu kedatangan jenazah memasuki komplek pemakaman Keluarga Tebu Ireng. Yani bercerita, " ketika dimobil menjelang turun dipelataran Pondok Denanyar, aku bilang sama Pak Dur. Saya mau ganti kaca mata, karena yang sekarang harus diganti." Ketika itu Gus Dur terdiam, " Yan, aku lagi gak nyekel duit. Iki enek mung 200 ribu. Tanggal 31 Desember aku balik nang Tebu Ireng. Engkok rame, akeh Kyai-Kyai teko, seperti Mbah Liem, Mbah Maimun Zubair," ucap Gus Dur sambil mengulurkan uangnya yang 200 ribu itu kepada Yani.

Subhanallah, seorang mantan Presiden di negara yang gemah ripah loh jinawi, uang dikantongnya tinggal 200 ribu saja. Dan sungguh sangat mengejutkan pula, ketika mulut Yani menyebut kata-kata yang diucapkan Gus Dur tentang Mbah Liem dan Mbah Maimun Zubair. Seketika kedua allmaghfuroh lewat memasuki pelataran Pesantren Tebu Ireng.

Inilah kisah saat-saat terakhir Gus Dur yang diceritakan kembali oleh Yani, sopir pribadi Gus Dur.

Gus Dur memang tidak meninggalkan warisan berpa harta benda dan kekuasaan yang melimpah. Tetapi Gus Dur telah meninggalkan contoh perilaku yang baik, ikhlas terhadap harta bendanya, termasuk kekuasaannya.

Hari-hari ini kita rindu sosok Gus Dur yang ikhlas dimulut dan tindakannya. Hari-hari ini semua sudah lupa lagi tentang sosok Gus Dur. Padahal sebelum tanggal 9 Juli begitu gegap gempita disebutkan d diberbagai media, hingga spanduk dijalanan. Apakah orang-orang yang menjual kata-kata Gus Dur juga seikhlas Gus Dur?. Coba tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Sumber tulisan: Ustadz Masyamsul Huda.


0 komentar

Post a Comment