Tuesday, February 28

Tausyiah Cak Nun

Bedany mereka dengan saya itu adalah pola pendidikannya. Saya dan banyak teman lainnya selalu dididik Cak Nun untuk menggunakan semua anugerah Allah.

Agama Islam harus pakai iman dan akal sekaligus.

Cak Nun pernah memberi ilustrasi cara berislam yang pakai hati dan otak sekaligus dengan kasus kuda lumping.

Cak Nun bertanya: Jika ada pemain Kuda lumping makan beling, makan kaca pecahan botol, makan paku, sikap kita harus bagaimana?

Reaksi pertama: Memfatwai permainan kuda lumping haram karena bermain-main dengan ilmu sihir dan memvonis para pemain kuda lumping adalah musyrik.

Reaksi Kedua: Membelikan nasi bungkus para pemain kuda lumping tersebut, sebab tahu para pemain itu sampai pakai ilmu sihir karena saking tidak bisanya makan nasi. Jika para pemain kuda lumping itu punya sepiring nasi, buat apa makan beling makan paku.

Ya. Cak Nun selalu mendidik kami semua untuk "reaksi kedua" di semua konteks kejadian. Orang-orang tersesat tidak butuh dalil, tapi butuh kita tolong.

Masyarakat tidak butuh tahu kita rajin sholat atau tidak, apalagi ibadah sholat itu justeru memalukan kalau dipamer-pamerkan, karena masyarakat butuh ahlak kita.

Ya. Semua Jamaah Cak Nun diharapkan bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Bukan jadi muslim yang sok.

Iman tanpa akal pasti akan menghasilkan kesempitan. Akal tanpa iman juga pasti akan menghasilkan kebingungan.

Dua sikap itu salah karena dua sikap itu seolah menganggap Allah sia-sia menganugrahi hati dan otak sekaligus pada umat manusia.

By: Gus Doni Febriando


0 komentar

Post a Comment