Tuesday, July 26

Cara Gus Dur Menaklukan Jendral yang paling ditakuti

Kelompok katolik binaan pater Beek banyak bertebaran di berbagai lini vital: dari organisasi thing tang orde baru hingga militer CSIS disebut sebagai kantong terkuat, sedangkan di struktur militer jaringan LB. Moerdani.


CSIS ter-sambung kuat dengan pak Harto karena di dalamnya ada ali Moertopo dan Benny Moerdani. Mata rantainya adalah: Beek, CSIS, Benny dan Ali Moertopo, Pak Harto. Yang paling cemerlang adalah langkah yang dilakukan Gus Dur. Dalam strategi perang, menaklukan musuh dengan menjadikannya sahabat adalah pen-capaian paling cerdas dan strategi perang. Menaklukan musuh dengan menjadikannya sahabat adalah pen-capaian paling cerdas dan strategis.

Taktik lain yang dilakukan Gus Dur adalah "mengetahui kekuatan lawan bukan dari desas-desus, melainkan langsung masuk ke sarangnya." Gus Dur menaklukan Jendral paling ditakuti, Leonardus Benny Moerdani, bukan dengan melawannya secara Frontal, tapi menggandeng tangannya, menggiring-nya masuk ke pesantren-pesantren, sambil menjelaskan, "Ini lho kaum muslimin Indonesia itu, damai.

Bukan yang mau memberontak pakai label DI/TII maupun yang terlibat dalam kasus Woyla, Komji, dan lain-lain. Jendral katolik itu dipertemukan dengan Kiai As'ad Syamsul Arifin dan kiai Mahrus Ali Lirboyo, dua pejuang 45. Kita tahu, Jendral model Benny itu agak sungkan kalau berhadapan dengan eksponen 45.

Di hadapan Benny, Kiai Mahrus Ali ceplas-ceplos berkata: "Pak Jendral, kami ini jangan disuruh KB. Insya Allah keturunan kami ini baik-baik. Maling dan penjahat itu saja yang disuruh KB.

Kiai Mahrus terkekeh. Benny manggut-manggut. Gus Dur satu langkah berhasil merangkul jendral Benny, hingga pak Harto mulai cemas. Bayangkan, di per-tengahan 1980-an itu ketua Umum PBNU dengan jutaan pengikut luntang lantung mesra dengan panglima Angkatan bersenjata.

Apa jadinya jika dua kekuatan hijau ini bersatu? Tak berselang lama, Pak Harto mulai mempreteli kekuatan Benny dengan mem-berhentikannya sebagai medio 1987.

Strategi menaklukan lawan dengan cara merangkul dan menjadikan-nya sahabat ini saya kira yang membuat Gus Dur  punya informasi unlimited dari sumber A1. Dari mulut Benny, tampaknya Gus Dur banyak memperoleh info soal jaringan katolik, peta kekuatan internal militer dan kompetisi jendral hijau vs merah putih.

Soal tragedi pembantaian guru ngaji di banyuwangi, 1998-1999, Gus Dur dengan lantang menyebutnya sebagai oprasi naga hijau. Kemungkinan besar infonya datang dari Benny atau jaringannya.

Karena telah mengetahui jerohan militer melalui Benny, maka ketika Gus Dur menjadi presiden beliau dengan taktik mendorong supremasi sipil dengan mengembalikan militer ke barak dan merealisasi tahap pemisahan TNI dan POLRI.

Di era presiden Gus Dur pula, beliau berusaha menghentikan kompetisi jendral merah putih vs Jendral hijau dengan mengangkat jendral bersih dan netral bernama Agus Wirahadikusumah sebagai pangkostrad, meski akhirnya jendral ini meninggal di Makkah, menyusul kematian jaksa Agung bersih bernama Baharudin Lopa di kota yang sama.

Bagaimana langkah Gus Dur bermain di badan Intelijen. Pertama merombak tatanannya dan namanya, kedua, menyingkirkan pengaruh intelijen didikan dan titipan orde baru serta menempatkan Brigjend Arie j. Kumaat, sosok yang lumayan bersih, sebagai pimpinan lembaga intelijen yang baru.

Hanya polri yabg ruwet ditata. Silahkan cek riwayat bagaimana alotnya Gus Dur merombak pucuk pimpinan polri hingga dimainkan oleh DPR sebagai dayatawar politik dengan pion bernama S. Bimantara.

Strategi menaklukan lawan dengan cara menjadikan-nya sahabat sebelumnya juga dilakukan Gus Dur dengan membawa Mbak Tutut keliling jawa, 1996-an. Ini langkah taktis memotong anak untuk menaklukan hati bapak. Lihat pak Harto yang pada muktamar cipasung, 1994, ingin menyingkirkan Gus Dur dan menjinakan NU tapi gagal kemudian mulai melunak dan mau menerima kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan Gus Dur.

Yang luar biasa, di saat yang lain mencaci maki pak Harto manakala ia jatuh, dan semua penjilatnya menjauhi-nya, Gus Dur lah yang menemani hari-hari  pilu tersebut. Gus Dur bukan menghibur, Gus Dur hanya berusaha menegak-kan kepercayaan  diri pak Harto sebagai manusia jawa, manusia Indonesia.

Lalu bagaimana dengan strategi "mengetahui kekutan lawan bukan dari desas-desus, melainkan langsung masuk ke sarangnya." Coba, silahkan lihat keterlibatan Gus Dur sebagai anggota Shimon Peres Institute, Israel. Anggota lembaga ini banyak: dari cendekiawan, anggota kneset (parlemen Israel), jendral hingga mereka yang punya jaringan di AIPAC (itu lho, komite lobi Zionis di AS). Lha, dalam hal ini, saya malah mem-yangkan Gus Dur masuk ke benteng musuh dengan santai, disambut jabat tangan lawan, dan dengan santai Gus Dur sibuk memetakan kekuatan lawan, sambil menyeruput kopi.

Kabarnya, saat berkunjung ke Israel, Gus Dur di temui Ehud Barak. Perdana Mentri Israel. Jagal rakyat palestina selain Ariel Sharon dan Ben Netanyahu itu bertanya, "Bagaimana cara ampuh menghentikan perlawanan rakyat Palestina. Tuan punya saran?" "Gampang, Tuan Barak. Kembalikan kemerdekaan mereka. Selesai sudah!" Jawab Gus Dur santai. Wallahu A'lam.
Lahul Fatihah.

Penulis: Gus Rijal Mumazziq Z

0 komentar

Post a Comment